Kamis, 14 Mei 2020

Kembali Mulat Sarira

https://phdi.or.id/images/artikel/

Sarira itu tubuh. Kata ‘mulat’ dalam bahasa Kawi berarti melihat. Jadi, ‘kembali mulat sarira’ ialah kembali melihat tubuh. Jargon ‘mulat sarira’ seringkali disinonimkan dengan ‘introspeksi diri’. Tubuh dan diri seringkali diperlakukan sama, padahal sekaligus berbeda. Masalahnya adalah bagaimana menyamakan sekaligus membedakan keduanya.
Oleh karena bertubuh maka mampu berdiri. Ia yang terampil menubuh disebut mandiri. Jadi, tubuh adalah sebab, diri adalah akibat. Menubuh atau bersetubuh itu luar biasa nikmatnya, karena di situ ada segala rasa, campuhan rasa. Teks-teks tattwa kuno juga berkata demikian. Semisal, ketika berkendara, terjadi persetubuhan antara pengendara dengan kendaraan. Begitu nikmatnya berkendara hingga disebut lupa diri sedang berkendara, seperti dalam kalimat, “Saya ngebut tadi lho!” Tidak ada jarak antara pengendara dengan motornya. Dalam posisi itu, kata ‘saya’ berarti diri dan tubuh. Berbeda halnya jika, “Saya berkendara ngebut tadi lho!”, tapi kalimat ini terlalu kaku diujarkan.
Keadaan ini disebut pengalaman estetis yang berpuncak pada peristiwa ekstase, lango, lupa diri. Keadaan ini mirip seperti yang digambarkan Claire Holt (2000:122) sebagai “ketiadaan yang terkonsentrasi, seperti tidak yang dikejar para seniman, yang kemudian diekspresikan dalam suatu ciptaan, karya (struktur). Jadi, menubuh atau bersetubuh adalah sebab kehadiran sesuatu, lingga harus menubuh dalam yoni dalam lupa untuk menghadirkan suatu ciptaan.
Kemudian, pembedaan atau penjarakan diri dengan (tubuh) kendaraan terjadi ketika kendaraan mengalami masalah, misalnya, “Motor saya bannya pecah”. Begitu juga dengan tubuh, “Tangan saya kotor”; “Tangan saya sakit terkena pisau”; “Kaki saya patah”. Artinya, tubuh hanya diberi kesempatan memperlihatkan dirinya secara subjektif ketika ia mengalami masalah, itupun dengan tetap dikontrol pronomina posesif saya’, tetapi sudah membedakan. Alain Badiou (2018) menyatakan, “Kalau kamu ingin hidupmu punya makna, kamu harus tetap berada dalam suatu jarak dari kekuasaan.” Artinya, dalam situasi keberjarakan atau perbedaan itulah dimungkinkan terjadinya pemaknaan. Inilah yang disebut fase etis yang memungkinkan momen' untuk memilih, ingat dengan kebertubuhan, lalu melakukan sesuatu seperti, membiarkan atau membersihkan dan mengobati tubuh itu.
Dengan demikian, diri harus berjarak dengan tubuh untuk memberinya peluang subjektif secara kebahasaan. Lalu, bagaimana mungkin terdapat dua subjek? Artinya, ketika dua subjek terbentuk, terdapat peluang saling mengobjekkan satu sama lain, saling melihat satu sama lain, saling mengadakan. Sehingga, dengan begitu terdapat bahasa, “Itu adalah aku.” Karena sejatinya diri bersifat subjektif, maka tugas berat yang harus dilakukan adalah meletakkan diri pada posisi objek. Dengan mengobjekkan diri, dimungkinkan peristiwa diri menguasai diri, memerintah diri, mengkritik diri, bahkan membunuh diri.

DAPATKAN CARA MENGHASILKAN PASSIVE INCOME KLIK DISINI
Cara tradisional untuk mengobjekkan diri atau paling tidak dapat dikatakan sebagai suatu cara latihan pengobjekan adalah dengan mewujudkan diri menjadi suatu objek di luar diri, yang seringkali disebut ‘simbolisasi’ atau ‘pangawak’. Para kawi mewujudkan diri dalam sastra adiluhung seringkali dengan nama samaran sebagai penanda “bunuh diri’’ secara puitis. Para anak muda mengekspresikannya dalam wujud ‘ogoh-ogoh’. Analogi ini juga mengisyaratkan bahwa kata ‘mulat’ juga identik dengan kata bahasa Bali ‘(ma)ulat’, menjalin ikat. Mudahnya, ogoh-ogoh tidak ubahnya salah satu pemurtian diri dengan cara mulat, refleksi lihat saja wajah dan bentuk ogoh-ogoh seringkali mirip pembuatnya-umumnya berbentuk demonik.
Posisi subjek tidak pemah bisa dilepaskan dari suatu pengobjekan; diri sebagai subjek melihat diri sebagai objek yang sekaligus subjek yang juga mengobjekkan dengan memakai kata ganti orang ketiga, “ia melakukan sesuatu terhadap sesuatu”. Cara mengobjekkan diri paling mudah selanjutnya adalah dengan bercermin. Dengan bercermin, kita melihat bayangan diri dan bentuk tubuh. Bayangan di cermin itu disebut refleksi. Tentu saja, refleksi pada cermin bersifat terbalik antara kiri-kanan dan menampilkan satu sisi saja. Untung saja tidak membalik antara atas dan bawah, tetapi paling tidak sudah mampu melihat diri.
Namun, semakin jauh dari cermin diri terlihat makin kecil, namun makin utuh. Mirip dengan selfie atau swafoto dan swavideo. Selanjutnya, cara lain adalah dengan mengandalkan logika, perbandingan, dan kata para nabi. Sekali lagi, itu juga terbatas.
Cara yang paling sulit adalah dengan menutup mata (baca: indera) dan membayangkan diri dalam meditasi. Mata terpejam artinya menarik diri dari luar dan memungkinkan imajinasi. Agama menyarankan, ketika menutup mata imajinasikanlah Tuhan, penguasa jagat raya, dewa idola, istadewata. Apakah lalu kita mengobjekkan Tuhan? Jawabannya bisa iya, bisa juga tidak. Iya, ketika posisi kesadaran memuja, “Aku memuja Tuhan”. Tidak, ketika dalam posisi mensubjekkan, “Tuhan datang dan memberkatiku.” Juga tanpa keduanya, posisi setara, “aku adalah Tuhan, Tuhan adalah aku”.
Situasi mata terpejam hampir sama dengan sedang tidur lalu bermimpi. Di dalam mimpi kita bisa melihat diri sedang melakukan apa terhadap apa. Namun, kata ‘mimpi’ selalu diidentikkan dengan keadaan bawah sadar atau ketidaksadaran. Padahal, menurut Freud, dalam mimpilah pengalaman melihat diri yang sejak lama direpresi oleh kesadaran. Dalam mimpi juga, diri sejati dapat dialami, diri yang melihat diri yang jujur atau tanpa represi.
Setelah itu, apakah kita terus-menerus memejamkan mata dalam meditasi atau bermimpi agar dapat melihat diri yang jujur? Dalam meditasi ternyata ada jebakan ‘lupa diri’ tadi, lupa makan, lupa minum, lupa mendunia, lupa daratan, dan tentu saja lupa sedang menjadi manusia. Di situlah jargon mulat sarira memegang posisi kunci sebagai epistemologi Bali; tubuh sebagai gudang pengetahuan. Mulat sarira juga kritik terhadap doktrin pencerahan, cogito ergo sum, akal sebagai pusat pengetahuan yang mengesampingkan tubuh.
Mulat sarira memungkinkan terkikisnya jarak antara mata terpejam dan terbuka, setengah terbuka setengah terpejam; mengecilnya jarak mimpi dan realitas; jarak tidur dan sadar; jarak ketidaksadaran dengan kesadaran menipis. Semakin menipis lalu manunggal. Itulah klimaks, segala objek yang diwujudkan, diimajinasikan, “dibunuh” secara religius, termasuk diri yang lain dan Tuhan yang diobjekkan, ogoh-ogoh pun dibakar. Yang tinggal hanya diri se-ati, diri yang jujur, diri yang sepi, diri yang religius. Diri kembali kepada tubuh, menyatu bersatu padu tanpa sekat dalam mulat sarira dan manusia kembali pada kemanusiaannya.
Oleh: W.A. Sindhu Gitananda
Source: Majalah Wartam Edisi 48 l Februari 2019

Visit Our Sponsor

Mengembangkan Disiplin Kepemimpinan Spiritual Melalui Bhagavad Gita


(Foto: Ketua Umum Pengurus Harian PHDI Pusat Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya (tengah baju putih) berfoto bersama dengan peserta Gita Camp On Leadership)
Cibubur - Dalam rangka merayakan hari disabdakannya Bhagavad Gita ke dunia ini, panitia Gita Jayanti Nasional 2017 menyelenggarakan Gita Camp On Leadership di Buperta, Cibubur, pada tanggal 7–8 Oktober 2017.
Menurut Ketua Pelaksana, Yadu Nandana, Gita Camp On Leadership merupakan salah satu rangkaian kegiatan Gita Jayanti Nasional tahun 2017 yang puncak kegiatannya akan dilaksanakan pada bulan Desember mendatang. Kegiatan ini sebagai ajang pendidikan karakter kepemimpinan bagi pemuda-pemudi Hindu berdasarkan Kitab Bhagavad Gita. “Acara ini adalah untuk membentuk karakter pemimpin bagi pemuda-pemudi Hindu dan juga untuk memperdalam ajaran kitab Bhagavad Gita, sebagai salah satu kitab suci umat Hindu” ujarnya.
Yadu Nandana mengatakan, kegiatan Gita Camp on Leadership diikuti kurang lebih 300 orang peserta yang merupakan pemuda–pemudi dari 11 provinsi di Indonesia. “Ada dari Bali, Palembang, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan DI Yogyakarta,” jelasnya. Sebagai awal dari rangkaian acara Gita Camp on Leadership ini dilakukan Gita Puja yaitu Pemujaan kepada kitab Bhagavad Gita dan juga pelafalan mantra–mantra Veda guna memohon karunia dari Hyang Widhi Wasa.
Acara Gita Camp on Leadership dibuka secara resmi oleh Dirjen Bimas Hindu, Prof. Drs. I Ketut Widnya. M.A., M.Phil., Ph.D. sekaligus sebagi pemateri pada sesi pertama bersama KRT Gaura Mancacaritadipura, Staf Ahli Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Pada sesi pertama dibahas materi mengenai “Spiritual Awarness – Kesadaran Atman” yang dimoderatori I Wayan Kantun, S.Ag, M.Fil.H.
Sementara Pada sesi kedua diisi Ketua Umum Pengurus Harian Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat, Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya yang membahas mengenai “Mengambil Tanggung Jawab Dharma”.
Total ada lima sesi pada hari pertama. Pokok pembahasan lainnya yang dibahas pada hari pertama adalah “Pengendalian Diri & Karakter Sattvika” yang dibawakan KRT Gaura Mancacaritadipura dan “Kerjasama & Saling Ketergantuangan” yang dibawakan I Wayan Kantun, S.Ag, M.Fil.H.
Pada malam harinya, terdapat satu sesi special tentang berbagi pengalaman dan juga penerapan Bhagavad Gita dalam kehidupan sehari-hari oleh KRT Gaura Mancacaritadipura, yang mana beliau ini sebelumnya adalah warga negara Australia yang kini telah menjadi warga negara Indonesia dan memeluk Hindu secara taat yang awalnya didasari oleh Bhagavad Gita. Acara pada hari pertama ditutup dengan pelaksanaan Agni Hotra Yadnya dan juga pembacaan Bhagavad Gita.

DAPATKAN CARA MENGHASILKAN PASSIVE INCOME KLIK DISINI
Keesokkan harinya, para peserta mengikuti kegiatan Yoga. Adapun kegiatan Yoga ini dimulai dari subuh pada saat brahma muhurta, yang mana dikatakan bahwa pada saat inilah kondisi Sattvika (kebaikan) berada. Persembahyangan Tri Sandya dan kegiatan yoga ini dibimbing oleh Yayasan Anand Krishna dan STAH Dharma Nusantara Jakarta.
Setelah pelaksanaan yoga, para peserta mengikuti outbond dan juga games yang bertujuan untuk melatih kedisiplinan dan juga pembentukan kerjasama antar pemuda-pemudi Hindu. Games bernama “Reinkarnasi” ini dibawakan I Nyoman Lasya yang berasal dari kesatuan Koppasus. Para peserta mengikuti games ini dengan sangat antusias dan penuh dengan kegembiraan.
Selanjutnya pemaparan materi “Swadarma Membela Negara” diisi Rektor Universitas Pertahanan, Letjen TNI Dr. (Cand) I Wayan Midhio M.Phil. “Generasi muda seperti para peserta Gita Camp on Leadership harus menjadi pemimpin yang selalu berada dalam jalan Dharma, sesuai dengan ajaran Bhagavad Gita” ujarnya.
Sesi terakhir mengambil tema “Menjadi Pemimpin Muda Dharma” dikemas dalam acara Talk Show yang dibawakan tokoh-tokoh muda Hindu yang berprestasi dibidangnya, yaitu Dr. I Nyoman Marpa, S.E., M.BA., M.M., Agung Wiradana (Golden Memories Indosiar), KS. Arsana, S.Psi dan Drs. I Ketut Ardana, M.Pd dan dimoderatori Pande Kadek Yuda Bakti selaku ketua panitia Gita Jayanti Nasional 2017.
Kegiatan Gita Camp on Leadership diselenggarakan Panitia Gita Jayanti Nasional 2017 (Perkumpulan ISKCON) dan didukung Kementerian Agama RI, Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI) dan organisasi-organisasi Hindu Nasional lainnya.
Oleh: admin
Source: Press Release dari Panitia Pelaksana

Visit Our Sponsor

DHARMATULA: Penguatan Sraddha Melalui Pendalaman Ajaran Weda


(Foto: Narasumber Ngakan Putu Putera, S.H., M.H, (kedua dari kiri), Dewa Ketut Suratnaya, S.Ag., M.MPd (ketiga dari kiri) berserta Ketua PHDI Kabupaten Bekasi Drs. I Made Pande Cakra, M.Si (pertama dari kiri) foto bersama dengan umat Hindu yang mendapat hadiah buku sebagai penanya terbaik)
Bekasi - Dalam rangka melaksanakan program kerja tahun 2018, Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Bekasi menyelenggarakan Seminar dan Dharma Tula di Wantilan Kanista Mandala Pura Agung Tirta Bhuana Bekasi, Jl. Jatiluhur Raya No.1, Bekasi, pada hari Minggu 11 Februari 2018.
Seminar dan Dharma Tula yang mengusung tema “Penguatan Sraddha Melalui Pendalaman Ajaran Weda untuk Menjadi Keluarga Hindu yang Utuh” tersebut merupakan kegiatan yang dilakukan berdasarkan kerjasama antara PHDI Kabupaten Bekasi dengan Yayasan Taman Dharma Widya, PHDI Kota Bekasi, dan Media Hindu.
Tujuan dilaksanakan Seminar dan Dharma Tula adalah untuk menumbuhkan kesadaran serta memperkuat sraddha umat Hindu yang baru melangsungkan pernikahan dan bagi umat yang baru masuk Hindu. Selain itu, kegiatan ini juga dilaksanakan dalam rangka menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1940. Sekitar 250 peserta dari berbagai kalangan hadir mengikuti kegiatan tersebut.
Adapun yang menjadi pembicara yaitu sesepuh umat Hindu Bekasi sekaligus sebagai intelektual Hindu yang juga merupakan Pemred Media Hindu Bapak Ngakan Putu Putera, S.H.,M.H dan cendekiawan Hindu yang kritis Bapak Dewa Ketut Suratnaya, S.Ag, M.MPd. Acara Seminar dan Dharma Tula dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Mengawali sambutannya, Ketua PHDI Kabupaten Bekasi Drs. I Made Pande Cakra, M.Si menyampaikan, ada hal penting yang terabaikan selama ini, yaitu memberikan pemahaman tentang sraddha bagi umat yang baru kembali ke rumah tuanya karena pernikahan. "Kesibukan tugas sehari-hari suami atau istri sehingga kurang waktu untuk membincangkan ajaran Weda, apalagi kalau suami atau istri tersebut juga kurang paham dengan ajaran Weda," ujarnya.
Menurut Made Pande Cakra, bila hal ini terus berlangsung maka mereka sulit untuk menemukan kenyamanan di lingkungan keluarga Hindu. Hal ini, kata Made Pande Cakra, sangat rawan karena keluarga asalnya cenderung ingin menariknya kembali.

DAPATKAN CARA MENGHASILKAN PASSIVE INCOME KLIK DISINI
"Tidak sedikit Pria Hindu yang menikah dengan istri dari agama lain, setelah beberapa lama, tidak saja ia ditarik kembali oleh keluarga asalnya, malahan anak yang diperoleh dari perkawinan tersebut ikut dibawa, tinggallah sang suami sendiri dalam usia senja dan juga kehilangan hartanya," tuturnya.
Made Pande Cakra mengatakan, sebagai umat Hindu bila ditanya tentang dasar keyakinannya tidak boleh ada keraguan. Sebagai contoh, menyebut Panca Sraddha yang merupakan pondasi kepercayaan agama Hindu. "Kita harus yakin pada Panca Sraddha yaitu percaya terhadap Brahman atau Ida Sang Hyang Widi Wasa, percaya terhadap Atman yang merupakan sinar suci Brahman yang ada pada setiap orang, percaya terhadap Karma Phala yaitu hukum karma yang berarti setiap karma akan mendatangkan pahala, percaya terhadap Samsara atau punarbawa yaitu kelahiran yang berulang sesuai dengan karma yang dibawa oleh Sang Atmannya dan percara terhadap Moksa yaitu kebebasan yang abadi atau bebas dari samsara," jelasnya.
Penguatan Sraddha dan Pemahaman WedaSebagai Majelis tertinggi Umat Hindu, PHDI Kabupaten Bekasi memandang sangat perlu terus-menerus menyosialisasikan Weda, setiak-tidaknya dasar-dasar agama Hindu  untuk meningkatkan kualitas sraddha dan bhakti umat Hindu di Bekasi, sesuai tujuan  PHDI yang tercantum dalam Anggaran Dasar pada Pasal 8 (a), yaitu mewujudkan masyarakat Hindu dengan keyakinan (sraddha), komitmen dan kesetiaan (Bhakti) yang tinggi terhadap ajaran agama Hindu menuju kesejahteraan lahir dan bathin.
Hal senada juga disampaikan, Ketua PHDI Kota Bekasi Bapak I Gusti Made Rudita, S.H., M.H., bahwa Seminar dan Dharma Tula penting untuk dilakukan agar umat Hindu semakin paham dengan ajaran weda, sehingga masing-masing keluarga semakin yakin dengan ajaran Hindu, tetap utuh dan lestari yang akan membawa keluarga tersebut menuju kebahagiaan lahir bathin.
Sementara itu, Bapak Ngakan Putu Putera mengawali penyampaian materinya mengatakan, dalam kunjungannya ke beberapa dearah adanya keluhan yang disampaikan umat Hindu terutama ibu-ibu yang dulunya beragama non Hindu setelah menikah dengan pria Hindu, ia merasa tidak memperoleh bekal keyakinan yang cukup, sehingga terus dibujuk diajak kembali lagi ke agamanya semula oleh keluarganya.
"Sang suami hanya mengajaknya sembahyang tanpa memberikan dasar-dasar keyakinan menurut ajaran Weda. Ada juga yang mengatakan takut mati, karena menurut ajaran agamanya yang lama, bahwa orang yang murtad (meninggalkan agamanya) akan masuk neraka. Atman atau roh itu adalah bagian dari Tuhan, tidaklah mungkin Tuhan menghukum bagian dari badannya sendiri. Kematian itu tidak perlu ditakuti, karena itu pasti akan dialami semua orang," ujarnya.
Ngakan Putu Putera juga bercerita bahwa ada pria Bali (Hindu) menikah dengan wanita bukan Hindu, ketika pulang ke Bali karena orang tuanya meninggal, ada prosesi menyembah pitara (di depan mayat), mertuanya ribut dan melarang, kok menantunya menyembah mayat?. "Ada juga ibu-ibu yang baru masuk Hindu, ketika belajar mejejahitan ditolak oleh sarati banten, sehingga dia takut ngayah ke Pura. Ini perlu diperhatikan, mereka harus dirangkul dan disambut baik sudah mau belajar membuat banten," terangnya.
Menurutnya, tidak sedikit mereka yang dulunya beragama non Hindu dan ketika sudah masuk Hindu malah menjadi sarati bantern. Itu karena lingkungannya selalu mengajak dan memberi kesempatan. Ngakan Putu Putera juga berpesan agar Pasraman-pasrama yang ada jangan hanya mengajarkan hapalan, tetapi didiklah perasaannya (apeksi) dengan menunjukkan kelebihan-kelebihan ajaran Hindu. "Parisada yang membina umat melalui Dharma Wacana agar terus menerus melatih para penyampai dharma wacana agar focus pada salah satu topik yang bersumber dari Weda," ujarnya.
Narasumber kedua Bapak Dewa Ketut Suratnaya sangat mengapresiasi tema yang diusung panitia. Dewa Suratnaya mengatakan, tema yang usung Panitia tentu ada alasannya yaitu sraddha perlu diperkuat. Ia pun menuturkan bahwa dalam kunjungan ke berbagai daerah seperti Aceh, Sumsel, Kalimantan, Sulawesi, Maluku Tenggara dan hampir di seluruh Pulau Jawa, selalu berbicara tentang Sraddha.
"Para suami-suami harusnya bertanggungjawab terhadap istri yang sebelumnya bukan beragama Hindu. Agama Hindu meliputi dua aspek yaitu aspek fisik dan meta fisika (skala dan niskala), tidak nyaman apa solusinya? Bergabungnya istri ke dalam Hindu, sang suami harus bisa memberi kenyamanan lebih. Orang yang lahir di keluarga Hindu, sampai mati ia tetap Hindu. Pada saat upacara Sudi Wadani, mengucapkan mantram “OM TAT SAT EKAN EVA ADWITYAM BRAHMAN”  ini adalah sraddha dasar yang paling elementer. Sebelum Panca Sraddha, apa dasar keyakinan kita? Ada tiga yaitu Dama, Dana, dan Welas Asih. Lalu ada tiga kerangka dasar yaitu Tatwa atau Filsafat, Etika atau Susila, dan Ritual atau Upacara. Istri arahkan menjadi Hindu, bukan di Balikan," paparnya.
Dewa Ketut Suratnya menambahkan, dalam ajaran Hindu, dapur itu sangat sakral, di sana ada lima Dewa. Dewa Ketut Suratnaya juga menyampaikan tentang pelaksanaan ritual atau yajnya. Menurutnya, ritual merupakan pilihan bukan keharusan. "Umat Hindu bisa lakukan yajnya hanya dengan biaya Rp 350.000,- (ritual itu tidak mahal), karena selain aspek fisik, pada saat melakukan yajna aspek meta fisika (niskala) ikut dijalankan. Dasar yajnya itu memang tiga yaitu sraddha, lascarya (tulus), dan sastra," pungkasnya.
Pada sesi tanya jawab masyarkat begitu antusias dan mengajukan berbagai macam pertanyaan terkait berbagai permasalahan yang ada. Begitupula dengan kedua narasumber menyambut dengan sangat hangat dan memberikan penjelasan kepada umat berikut dengan landasan sastra-satranya.
Dharma tula mendapat aplaus yang sangat meriah, ditutup dengan membagikan lima buah buku kepada lima orang penanya terbaik dan penyerahan cindera mata oleh Ketua PHDI Kabupaten Bekasi kepada kedua narasumber.

(FotoNgakan Putu Putera, S.H., M.H, (kiri), Ketua PHDI Kabupaten Bekasi Drs. I Made Pande Cakra, M.Si (tengah), dan Dewa Ketut Suratnaya, S.Ag., M.MPd (kanan)

(Foto: Umat Hindu mengikuti Seminar dan Dharma Tula di Wantilan Kanista Mandala Pura Agung Tirta Bhuana Bekasi)
Source: Laporan Ketua PHDI Kabupaten Bekasi, Drs. I Made Pande Cakra, M.Si

Visit Our Sponsor

Senin, 11 Mei 2020

Bantu Petani Saat Pandemi Corona, Putu Buat Aplikasi Pasarkan Produk Petani




Putu bersama salah-satu petani - IST
Putu Nandito Narayana (22) tengah sibuk memeriksa pesanan yang masuk di handphone (HP) miliknya. Pada Mingu (10/5), sudah lebih dari 3 orang pelanggan yang memesan beragam komoditas pangan baik sayur, daging, ikan, ataupun bumbu dapur.


"Setelah pelanggan memesan produk, mereka akan langsung konfirmasi ke Whatshap official kami, setelah konfrmasi, pemesanan akan di proses, besoknya barang akan dibawakan sepagi mungkin," kata pria yang akrab disapa Nando itu.


Sudah hampir satu bulan ini Nando tengah sibuk mengembangkan website jual beli produk pertanian yang ia namakan pasarbali.id. Bersama 3 orang rekannya, website sengaja di desain untuk menjadi mitra petani, peternak, nelayan, dan produk olahan lokal Bali agar lebih mudah dipasarkan ditengah pandemi.

DAPATKAN CARA MENGHASILKAN PASSIVE INCOME KLIK DISINI


"Hotel dan villa tutup karena wabah COVID-19. Saat ini petani hanya bisa suplai produknya ke pasar tradisional tuh, tapi tak cukup juga untuk pemasukan para petani. Makanya kita inisiatif dengan sistem online agar mudah dipasarkan ke seluruh Bali," kata Nando.


Sementara waktu, kata Nando, pihaknya telah banyak menjalin mitra dengan petani untuk menyediakan produk pertanian di kantor pasarbali.id yang terletak di Jl. Muding Tengah, Kerobokan, Kuta Utara, Kabupaten Badung, Bali. Sistem pengadaannya, ada yang diantar oleh petani langsung dan ada yang dijemput oleh tim pasarbali.id


"Saat ini, sejumlah petani yang memasarkan produknya di pasarbali.id jaraknya masih dekat sama kantor. Bagaimana dengan yang jauh? kita sudah sudah siapkan skema yang bernama mitra pasarbali.id yang akan tersebar di hampir seluruh Bali," jelasnya.


Soal harga yang ditawarkan, Nando mengaku harganya masih terbilang kompetitif dengan produk petani yang banyak beredar di pasaran. Meskipun harga dipasang di website yang dirikan sedikit lebih mahal.


"Harganya memang sedikit lebih mahal dari yang ada di pasaran. Alasannya karena kami sangat selektif memilih kualitas produk dari petani untuk menjamin kenyamanan pelanggan, terus ada biaya ongkir juga kan sebelum sampai ke pelanggan," jelasnya.


Kini, Nanto juga menyampaikan, seluruh proses pemesanan produk pertanian masih dilakukan di pasarbali.id masih menerapkan dua skema yakni pemesanan via website dan pemesanan manual via Whatsaap Official.




"Jadi kalau lewat website itu tinggal di cari saja sayurnya mau sayur apa, di produknya itu sudah tertera produk darimana, harganya berapa dan beratnya berapa. Setelah pilih produk, langsung melakukan chekout, dalam chekout itu langsung pelanggan akan disuruh melakukan pembayaran melalui transfer atau COD," jelasnya.


Selain dua skema itu, pengembangan aplikasi kata Nando juga tengah dilakukan. Tujuannya tentu agar mempermudah konsumen melakukan transksi produk pertanian Bali melalui teknologi yang kekinian.


"Aplikasinya juga tengah dibuat, kemungkinan akhir Mei sudah bisa digunakan. Dan kami juga sangat yakin setelah masa pandemi ini, kebiasaan orang akan berubah. Dari yang awalnya suka belanja konvensional jadi belanja online," tutur Nando. (Kanalbali/ACH)

Atasi Dampak Pandemi Corona, Banjar di Denpasar Ini Kembangkan Urban Farming




Pembuatan kolam untuk ternak lele di Banjar Tegeh Sari, Denpasar - IST
Dampak pandemi corona mulai terasa dengan banyak Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) seiring memburuknya pariwisata Bali. Mengatasi kondisi itu, Banjar (dusun) Tegeh Sari di Denpasar Utara, menggagas pengembangan urban farming alias pertanian di perkotaan.

“Ini bisa mengatasi dua masalah. Menyediakan lapangan kerja sekaligus membuat lumbung pangan untuk warga,” kata Ketua Satgas Covid-19 , Gede Mantrayasa yang mengkoordinasikan perwujudan ide ini, Minggu (17/5/2020).


Upaya yang dilakukan yakni dengan memanfaatkan lahan kosong dengan penanaman bibit tanaman. Selain itu, akan dikembangkan model pertanian dengan pot dan hidroponik. Adapun penyediaan lauk pauk, banjar ini mengembangkan peternakan lele.


Sampai saat ini sudah ada 30 KK yang mau bergabung untuk mengerjakan kegiatan ini. Mereka mendapat pelatihan dan penyuluhan budidaya ikan lele dan selanjutnya juga tentang pertanian di perkotaan. 


- JUAL BANTEN MURAH hub.08980563916 atau KLIK DISINI


Komang Kupit di kebun perkotaan miliknya - IST
“Untuk memulai ini kita mendapat pinjaman lahan sekitar 1 are kemudian dimanfaatkan untuk pembuatan kolam lele dan lahan pertanian,” ujarnya.

DAPATKAN CARA MENGHASILKAN PASSIVE INCOME KLIK DISINI

Instalasi kolam terbuat dari terpal berbentuk melingkar dan dilengkapi oksigen untuk treatment sebanyak 2 kolam. Dalam lahan tersebut juga dilakukan penanaman sayur mayur. Semua pekerjaan dilakukan secara gotong royong.


“Kalau mereka yang terlibat adalah yang pekerja pariwisata yang dirumahkan, ada yang kuli bangunan, ojek online dan pekerja serabutan,” jelas Gede. Diharapkan bila masa pandemi telah lewat, usaha ini tetap dapat menjadi usaha yang menopang ekonomi warga dan serta berkelanjutan.


Gede menjelaskan, saat ini sudah banyak pihak yang tertarik untuk bergabung dan warga yang mau menyediakan tanahnya untuk dikelola. Langkah ini sangat menarik karena dinilai sebagai bentuk penyelamatan lingkungan di perkotaan. “Selama ini lahan kosong selalu identik dengan tempat pembuangan sampah,” ujarnya.



Salah-satu kelompok yang akan ikut bergabung adalah gerakan Bali Urban Farming (BUF) yang menyiapkan pelatihan untuk pertanian. “Kebetulan saya juga tinggal di wilayah ini. Jadi senang bisa berkumpul lagi dengan teman-teman,” kata aktivis BUF, Gunawarma Kupit. Musisi dari kelompok musik Nostress ini sebelumnya telah memiliki kebun pribadi dan bersama sejumlah anak muda lainnya mengembangkan model perkebunan di perkotaan. ( kanalbali/RFH)

Jumat, 01 Mei 2020

Kisah Pulau Gruinard, Lokasi Pengujian Senjata Biologis Berbahaya dan Mematikan

Kisah Pulau Gruinard, Lokasi Pengujian Senjata Biologis Berbahaya dan Mematikan
Pulau Gruinard di Skotlandia.
Sumber

Pulau Gruinard atau dalam bahasa Gaelik Skotlandia: Eilean Ghruinneard adalah sebuah pulau kecil berbentuk oval yang terletak di Gruinard Bay, Skotlandia, Britania Raya. Jaraknya hanya setengah mil dari pulau utama Skotlandia. Pulau Gruinard pertama kali disebutkan pada pertengahan abad ke-16, setelah seorang pendeta Skotlandia bernama Donald Monro singgah di sana.

Dalam catatannya, Donald Monro bercerita kalau Pulau Gruinard penuh dengan hutan lebat. Itu mengapa banyak pencuri atau pemberontak yang bersembunyi di sana, sebuah alasan Donald Monro untuk menyebarkan syiar agama. Pada tahun 1881, tercatat ada 6 orang menetap di pulau seluas 196 hektar itu, tapi sejak tahun 1920-an, tak ada lagi yang tinggal di sana.

Kisah Pulau Gruinard, Lokasi Pengujian Senjata Biologis Berbahaya dan Mematikan
Tim sedang menambatkan domba di lahan terbuka.
Sumber

Pada tahun 1942, ketika Perang Dunia berkecamuk, sekelompok ilmuwan militer Inggris dari Departemen Biologi Porton Down berkunjung ke Pulau Gruinard untuk uji coba senjata biologis menggunakan anthrax. Mereka berencana menyebarkan bakteri anthrax ke pasokan pangan daging Nazi Jerman guna memenangkan perang. Tes itu akan menimbulkan kontaminasi jangka panjang, sehingga diperlukan sebuah pulau terpencil tak berpenghuni.

Sir Oliver Graham Sutton memimpin tim beranggotakan 50 orang untuk melakukan persidangan dengan David Henderson sebagai penanggung jawab. Strain anthrax yang digunakan adalah jenis yang paling ganas, Vollum 14578 atau RL Vollum. Strain itu dipasok dari pusat penelitian bakteriologi Universitas Oxford.

Tim membawa 80 domba ke Pulau Gruinard, menambatkannya di lahan terbuka, dan meledakkan bom-bom berisi spora anthrax di sekitarnya. Domba-domba mulai terinfeksi dan mati dalam beberapa hari. Setelah itu, bangkai-bangkai domba dibakar ke dalam insinerator.

Kisah Pulau Gruinard, Lokasi Pengujian Senjata Biologis Berbahaya dan Mematikan
Tim membawa bangkai-bangkai domba untuk dibakar ke dalam insinerator.
Sumber

Tim sempat merekam beberapa percobaan dengan film-film berwarna 16 mm yang baru dibuka ke publik 55 tahun kemudian (tahun 1997). Usai percobaan, tim mulai kewalahan mendekontaminasi peralatan dan dengan cepat menyadari bahwa rencana itu terlalu mematikan. Mereka khawatir nantinya kota-kota di Jerman yang terserang senjata biologis takkan bisa dihuni selama beberapa dekade. Lebih buruk lagi anthrax akan menyebar ke seluruh Eropa, bahkan dunia yang menciptakan bencana global.

Berikutnya akses ke Pulau Gruinard menjadi sangat terlarang. Ingris sampai harus menghapus Pulau Gruinard dari peta untuk menghindari penyalahgunaan senjata biologis bagi organisasi teroris yang mungkin akan berkunjung ke sana untuk mengambil sampel bakteri.

Kisah Pulau Gruinard, Lokasi Pengujian Senjata Biologis Berbahaya dan Mematikan
Pulau Gruinard tak seindah kelihatannya.
Sumber

DAPATKAN CARA MENGHASILKAN PASSIVE INCOME KLIK DISINI

Pada tahun 1945, Perang Dunia II selesai dengan Inggris sebagai pemenang. Para pemilik tanah di pulau itu berencana menetap di sana, namun batal karena telah terkontaminasi. Pada tahun 1946, Pemerintah terpaksa mengakuisisi Pulau Gruinard.

Tahun-tahun berikutnya Pulau Gruinard tetap terlarang dan mulai terlupakan. Hingga suatu hari wacana tentang pulau itu mencuat kembali setelah beberapa surat kabar menerima pesan misterius berjudul Operation Dark Harvest yang menuntut Pemerintah agar melakukan pembersihan pulau. Pengirim pesan bahkan bahkan mengirimkan sampel tanah ke instansi-instansi terkait, seperti fasilitas penelitian militer di Porton Down dan kantor Partai Konservatif (partai berkuasa) di Blackpool.

Peneliti memeriksa sampel tanah di Porton Down yang ternyata mengandung anthrax bacilli, sedangkan sampel tanah di Blackpool tak mengandung apa-apa. Walaupun begitu, sampel tanah di Blackpool sangat mirip dengan tanah di Pulau Gruinard.

Kisah Pulau Gruinard, Lokasi Pengujian Senjata Biologis Berbahaya dan Mematikan
Pada tahun 1986, Pulau Gruinard terbebas dari kontaminasi berbahaya.
Sumber

Pada tahun 1986, Pemerintah berupaya keras mendekontaminasi Pulau Gruinard dengan menyemprotkan 300 ton formaldehida yang diencerkan dengan air laut untuk membunuh spora anthrax. Seluruh bagian pulau tak luput dari larutan formaldehida, terutama lokasi percobaan.

Untuk memantau tingkat kontaminasi, Pemerintah melepas sekawanan domba. Setelah karantina selama empat tahun, Pulau Gruinard terbebas dari kontaminasi berbahaya. Para ahli waris pemilik tanah mulai membelinya kembali seharga 500 poundsterling, sesuai kesepakatan akusisi tahun 1946.

Walaupun saat ini berstatus aman, banyak orang yang tetap takut dengan Pulau Gruinard. Mereka menganggap mungkin saja senjata biologis telah bermutasi. Atau bisa saja spora anthrax itu hanya tertidur sehingga luput dari pengamatan mikroskopis.


Visit Our Sponsor

Video Klip Rich Brian "Bali" Hadir dengan Konsep Isolasi Diri yang Unik & Menyentuh



Video Klip Rich Brian "Bali" Hadir dengan Konsep Isolasi Diri yang Unik & Menyentuh

Physical Distancing nggak bikin kreativitas Rich Brian mandeg, justru sebaliknya video klip teranyar milik Rich Brian “Bali” hadir dengan konsep lucu, relevan dengan situasi pandemi Covid-19 di Los Angeles. Dalam video yang diproduksi oleh Rich Brian sendiri nampak Brian mengirimkan berbagai hadiah kepada teman-teman dan komunitas disekitarnya menggunakan drone. Brian secara khusus menargetkan untuk mengirimkan hadiah kepada individu dan bisnis kecil yang terkena dampak langsung dari isolasi mandiri akibat wabah virus Corona tetapi tidak pernah diberitakan oleh media, termasuk didalamnya 125 makanan untuk Rumah Sakit wilayah Los Angeles, uang sumbangan untuk membayar keterlambatan sewa truk dari truk makanan lokal, sumbangan yang cukup besar untuk tempat tinggal orang-orang Amerika Asia, makanan untuk orang-orang tua, masker wajah dan masih banyak lainnya.

DAPATKAN CARA MENGHASILKAN PASSIVE INCOME KLIK DISINI

Tak hanya itu, dalam video yang diproduksi oleh dirinya sendiri, Brian juga memberikan paket yang menghibur kepada teman-temannya. Seperti Cuco, NIKI, Cody Ko, Noel Miller, Buddy, Thundercat dan Kenny Beats. Video klip berdurasi 5 menit ini bener-bener bikin kita terinspirasi untuk bergerak dalam memerangi Covid-19, seandainya nggak bisa berdonasi cukup isolasi diri aja di rumah.

Video Klip Rich Brian "Bali" Hadir dengan Konsep Isolasi Diri yang Unik & Menyentuh

Lagu “Bali” merupakan single teranyar milik Rich Brian yang berkolaborasi dengan rapper Guapdad 4000. Dirilis pada tanggal 11 April 2020, dalam wawancaranya bersama Billboard New York, Rich Brian merilis singel tersebut semasa karantina diri bersama Bekon and the Donuts yang banyak terlibat di album The Sailor.
 

Berkat Seekor Anjing, Bayi Perempuan yang Dibuang Berhasil Diselamatkan

Petugas Kepolisian saat mengambil keterangan saksi di lokasi penemuan bayi.

BADUNG, KOMPAS.com - Berkat seekor anjing, seorang bayi perempuan yang dibuang orangtuanya bisa diselamatkan. Bayi tersebut ditemukan di semak-semak belakang rumah kosong, Jalan Kutilang Ujung, Lingkungan Bhuana Gubuk, Jimbaran, Kuta Selatan, Bali, pada Jumat (1/5/2020) pukul 06.00 Wita. Kepala Polsek Kuta Selatan AKP Yusak Agustinus Sooai mengatakan saat itu ada seorang warga negara asing (WNA) kebetulan lewat lokasi bersama anjing peliharaannya. Baca juga: Viral Pasangan Rusia Bawa Bayi Ngamen di Lombok, Diduga Ngamen Keliling Berbagai Negara Saat di lokasi kejadian, anjingnya menggonggong dan mengendus ke arah semak-semak belakang rumah. Lalu, WNA tersebut mendatanginya dan menemukan seorang bayi perempuan yang masih bernyawa. Temuan tersebut lantas dilaporkan ke warga sekitar agar bayi diselamatkan. Baca juga: Viral, Video Suami Istri Asal Rusia Bawa Bayi Ngamen di Pasar, Uang untuk Beli Makan Saat ditemukan, bayi tanpa busana dan hanya tertutup sebuah kantong plastik hitam yang menutupi wajah sampai bagian perut.

DAPATKAN CARA MENGHASILKAN PASSIVE INCOME KLIK DISINI

Kemudian di bagian kakinya ada bantal warna putih. Selain itu, ari-ari juga menempel pada bayi. Menurut keterangan dokter di RS Bali Jimbaran, bayi diperkirakan dilahirkan delapan jam sebelum ditemukan. Hal itu dilihat dari kondisi tali pusar dan di bagian selangkangannya ditemukan kotoran. "Kondisi bayi bergerak aktif, berjenis kelamin perempuan, nihil ditemukan tanda-tanda kekerasan," kata Yusak saat dihubungi, Jumat (1/5/2020). Kini pihaknya masih mengembangkan kasus tersebut dan mengejar pelaku yang tega membuang bayi malang ini.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Berkat Seekor Anjing, Bayi Perempuan yang Dibuang Berhasil Diselamatkan ", https://regional.kompas.com/read/2020/05/01/12552391/berkat-seekor-anjing-bayi-perempuan-yang-dibuang-berhasil-diselamatkan?page=2
Penulis : Kontributor Bali, Imam Rosidin
Editor : Teuku Muhammad Valdy Arief


Visit Our Sponsor

Ibu Positif Corona di Bali Lahirkan Bayi yang Negatif

fz6rgdzvxjpgcdtmfpog.jpg

Seorang ibu hamil 7 bulan yang positif virus corona atau COVID-19 karena tertular dari suaminya, kini sudah melahirkan bayinya. Untung, bayinya dinyatakan negatif virus corona.


"Sudah (lahir) dan (bayinya) hasilnya negatif," kata Anak Agung Ngurah Jaya Kusuma selaku Ketua Divisi Fetomaternal FK Departemen Obstetri Ginekologi RSUP Sanglah, Dengpasar, Bali, Jumat (1/5).

DAPATKAN CARA MENGHASILKAN PASSIVE INCOME KLIK DISINI
Ia juga menyampaikan, untuk bayi yang lahir dalam kondisi sehat dan berat badan banyinya badan 2,2 kg. Kemudian, untuk hasil swab Ibu dan bayi juga telah diambil dan keduanya telah dinyatakan negatif Covid-19. Selain itu, untuk Ibu dan bayinya saat ini masih dirawat di RSUP Sanglah dan keduanya tidak diisolasi karena negatif virus corona.
"Kondisinya bagus, sehat keduanya. Tidak diisolasi (karena) negatif," imbuh Jayakusuma. Ia juga menerangkan, bahwa untuk kehamilan Ibu itu dilakukan secara sesar, pada Senin (25/4) kemarin. Ibu, itu terpaksa melahirkan karena ada masalah tekanan darah tinggi dan tidakan itu dilakukan demi keselamatan ibu dan bayi. "Kita akhiri kehamilannya karena bermasalah ada tekanan darah tinggi," ujar Jayakusuma.


Seperti yang diberitakan, Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Denpasar I Dewa Gede Rai menuturkan seorang ibu hamil 7 bulan positif virus corona karena tertular dari suaminya yang baru pulang dari Amerika sebagai anak buah kapal (ABK).
"Iya benar, Ini kasus transmisi lokal dia tertular dari suaminya dan suaminya adalah mantan pekerja migran yang datang dari Amerika. Dulu bekerja di kapal pesiar," kata Dewa Rai saat dihubungi, Kamis (23/4) lalu. ( KAD)