Selain Purnama dan Tilem, Kajeng Kliwon merupakan hari yang spesial bagi
umat Hindu. Kajeng Kliwon merupakan hari pertemuan tri wara “kajeng”
dengan Pancawara “kliwon”. Datangnya setiap 15 hari sekali. Kajeng
Kliwon adalah hari payogan Sang Hyang Durga Dewi / Bhatari Durga
diiringi oleh para bala – bala, rencang – rencang beliau yakni “sarwa
buta kala”. Inilah yang sebabnya mengapa pada Kajeng Kliwon aura
magisnya sangat kental. Beliau Hyang Durga Dewi sebagai sumber dari
segala kesaktian dan kekuatan magis.
DAPATKAN CARA MENGHASILKAN PASSIVE INCOME KLIK DISINI
Pada hari Kajeng Kliwon, “sang gama tirtha” (umat sedharma) melaksanakan prakerti menghaturkan canang wangi – wangian, pengayatan ditujukan kehadapan Hyang Durga Dewi. Sedangkan di natar sanggah, natar pekarangan dan di lebuh, dihaturkan “segehan” tetabuhan arak berem, ditujukan kepada Sang Tiga Bhucari (Bhuta Bucari, Kala Bucari, Durga Bucari), Sang Adi Kala / Sang Bhuta Raja, dan para bala-balanya yang merupakan para pengiring Hyang Durga Dewi.
Pada hari Kajeng Kliwon, “sang gama tirtha” (umat sedharma) melaksanakan prakerti menghaturkan canang wangi – wangian, pengayatan ditujukan kehadapan Hyang Durga Dewi. Sedangkan di natar sanggah, natar pekarangan dan di lebuh, dihaturkan “segehan” tetabuhan arak berem, ditujukan kepada Sang Tiga Bhucari (Bhuta Bucari, Kala Bucari, Durga Bucari), Sang Adi Kala / Sang Bhuta Raja, dan para bala-balanya yang merupakan para pengiring Hyang Durga Dewi.
Pada hari Kajeng Kliwon, “sang gama tirtha” ngastawa serta menghaturkan
sembah bakti kehadapan Hyang Durga Dewi memohon kerahayuan.
Apabila tak pernah menghaturkan segehan, maka Sang Tiga Bhucari akan
meminta ijin kepada Hyang Durga Dewi untuk “ngrebeda” mengganggu para
penghuni rumah. Mereka menciptakan “gering” (penyakit), mengundang
desti, teluh, menyuruh kekuatan hitam dan mahluk gaib seperti tonye,
memedi, dll memasuki pekarangan rumah. Sang Bhuta Tiga juga akan
menggelar pemunah / pengalah yang menyebabkan situasi rumah menjadi
“cemer” tidak suci, muram, tidak nyaman, yang menyebabkan para Betara
dan Leluhur tak berkenan lagi “mehyang” di pekarangan itu, lalu kembali
ke kayangan. Rumah dan pekarangan menjadi tak terberkati, suwung
mangmung. Penghuni rumah menjadi tak nyaman, pikiran kalut, sering
sakit, sering mengalami hal aneh, mudah marah, sering salah lihat,
sering salah dengar yang menyebabkan salah sangka, salah paham, yang
kemudian menjadi sumber dari perselisihan dan pertengkaran. dll.
Demikian juga sebaliknya, apabila sang gama tirtha menjalankan prakerti
kajeng kliwon sebagaimana mestinya serta dilandasi rasa bakti dan
lascarya, astungkara akan mendapatkan anugrah kerahayuan dari Hyang
Durga Dewi, serta selalu akan mendapatkan kawalan perlindungan dari Sang
Tiga Bucari dll. Demikiaan tersurat di dalam Cakepan Pakem Gama Tirtha.
Dari berbagai sumber.
Visit Our Sponsor
- Service Laptop / Smartphone Panggilan Denpasar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar