Ketut adalah anak bungsu dari empat bersaudara, lahir dan besar di salah
satu kabupaten di Pulau Sumatera. Orang tua ketut adalah seorang petani
padi dan kebun karet. Ingin mengikuti jejak sang kakak yang sudah
terlebih dulu merantau ke Bali, Ketut melanjutkan sekolah dibilangan
Sudirman Denpasar. Entah bagaimana ceritanya Ketut mengenal Gek Ratih
yang saat itu masih duduk di bangku SMA yang kemudian menjalin cinta.
Seiring waktu hubungan kedua anak muda ini diketahui orang tua Gek Ratih
singkat cerita hubungan ini tidak mendapatkan restu. Menyelesaikan
sekolah Ketut pun berniat untuk pulang kampung ke rumah orang tua.
Sebagai anak bungsu Ketut diharapkan untuk pulang kampung bersama orang
tua. Mendengar Ketut akan pulang Gek Ratih berniat untuk ikut Ketut
pulang kampung ke sumatera. Disinilah Drama Cinta itu dimulai Gek Ratih
tidak rela untuk ditinggalkan sang pujaan hati si gadis pun nekat
mengikuti Ketut pulang kampung. Mengetahui anak gadisnya pergi dengan
kekasih orang tua sang gadis membuat laporan ke polisi bahwa anak
gadisnya dibawa lari. Drama ini pun berakhir dengan di jebloskannya
Ketut ke sel tahanan dengan tuduhan membawa lari anak orang.
DAPATKAN CARA MENGHASILKAN PASSIVE INCOME KLIK DISINI
Mungkin drama ini akan beda endingnya jika Ketut dari keluarga kaya raya atau minimal dari kasta yang sama. Seperti yang kita ketahui kasta adalah sistem pengelompokkan masyarakat berdasarkan garis keturunan. Adapun pengelompokkannya terbagi menjadi empat yang disebut dengan “Catur Kasta”, yaitu brahmana, ksatria, waisya, dan sudra. Kasta brahmana adalah kasta golongan masyarakat yang berkecimpung di bidang kerohanian dan mengajarkan ilmu pengetahuan, kasta ksatria adalah kasta golongan masyarakat yang memiliki keahlian di dalam bidang kepemimpinan untuk mengatur suatu kelompok atau bahkan negara.
Pada jaman dahulu kasta ksatria adalah orang-orang yang bekerja di dalam
istana untuk melindungi raja dan keturunannya, kasta waisya adalah
kasta golongan masyarakat yang bekerja pada bidang pertanian,
perkebunan, berternak maupun berdagang. Keunggulan dari kasta waisya ini
adalah mereka bisa menguasai dan mengatur berbagai hal di bidang
perekonomian, dan kasta sudra adalah kasta golongan masyarakat biasa dan
terkadang bertugas untuk melayani kasta lainnya. Pemahaman “Catur
Kasta” ini sangatlah berbeda dengan “Catur Warna”, ketika catur kasta
dikaitkan dengan penggolongan masyarakat berdasarkan garis keturunan
maka catur warna adalah penggolongan masyarakat berdasarkan tugas atau
fungsinya. Saat ini, masyarakat masih mengaburkan pemahaman tentang
kedua sistem penggolongan masyarakat tersebut sehingga memunculkan
perdebatan.
Dari drama cinta tersebut diatas mungkin kita bisa menarik kesimpulan
bahwa masih ada(banyak) masyarakat Bali yang berkasta merasa eksklusif,
merasa derajat lebih tinggi dari yang lain. Drama cinta diatas bukan
tidak mungkin juga disertai dengan sumpah serapah, caci maki bagi Ketut
dan keluarganya. Tentu tidak semua keluarga berkasta bersikap seperti
diatas. Banyak keluarga berkasta merelakan putrinya untuk dinikahi oleh nak jaba bahkan nak dura negara atau nak dauh tukad atau mungkin karena faktor kaya tadi? entahlah.
Artikel ini diolah dari berbagai sumber.
Visit Our Sponsor
- Service Laptop / Smartphone Panggilan Denpasar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar