Pada upacara yadnya masyarakat Bali membuat sanggah surya, Sanggah Surya
dibuat dengan menggunakan empat batang bambu yang ditancapkan disisi
Timur Laut atau arah kaje kangin. Posisi ini mengacu kepada pembagian pekarangan berdasarkan Asta Kosala-kosali. Dimana arah kaje Kangin merupakan
pertemuan antara utama dengan utama, sehingga sering disebut arah
Dewata. Untuk diketahui bahwa Sanggah Surya hanya memiliki satu ruangan
dan dibatasi menggunakan ancak saji. Ukuran Sanggah Surya biasanya lebih
tinggi dari pinggang manusia, bahkan ketika dilaksanakannya upacara
Yadnya, sanggah ini dibuat lebih tinggi dari dasar bangunan tempat
dilaksanakannya upacara Yadnya.
Sanggah Surya di beberapa daerah di Bali, juga sering disebut dengan
Sanggah Agung. Keduanya bermula dari dua kata, yakni Sanggah yang
mengandung arti sumber, sedangkan Agung menekankan kewibawaan Sang Hyang
Siwa Raditya yang tak lain adalah Dewa Surya.
Sanggah Surya sangat penting ketika pelaksanaan upacara yadnya,
khususnya yang menggunakan banten Bebangkit yang dipuput oleh seorang
Sulinggih. Ketika tidak ada Sanggah Surya yang merupakan stana Sang
Hyang Siwa Raditya, maka dikatakan suatu upacara yadnya belum lengkap.
Hal ini sesuai dengan prabhawa Sang Hyang Surya sebagau Upasaksi.
Selain Sanggah Surya, di Bali juga dikenal dengan adanya Sanggah Tawang.
Kata Sanggah berarti sumber, dan Tawang memiliki penekanan arti
awing-awang yang dapat diartikan sebagai kesunyian atau sepi. Jadi,
Sanggah Tawang dapat diartikan sebagai sumber kesepian, di mana kesepian
dan kesunyian tak lain adalah Ida Sang Hyang Widi Wasa.
DAPATKAN CARA MENGHASILKAN PASSIVE INCOME KLIK DISINI
DAPATKAN CARA MENGHASILKAN PASSIVE INCOME KLIK DISINI
Sanggah Tawang dibuat dari bambu berbentuk segi empat panjang yang
memiliki pinggiran yang disebut dengan ancak saji. Sama halnya seperti
Sanggah Surya, Sanggah Tawang tidak menggunakan atap, namun terdiri dari
tiga ruang atau rong telu yang merupakan simbol Dewa Surya dalam
tatanan Tri Sakti , yakni Dewa Brahma, Dewa Wisnu, dan Dewa Siwa.
Penggunaan Sanggah Tawang ini biasa dijumpai ketika dilaksanakannya
upacara dengan tingkatan Utama. Beberapa di antaranya yakni Tawur Agung,
Padudusan Agung.
Dengan demikian, Sanggah Tawang mempunyai makna sebagai simbol stananya
Sang Hyang Widhi sebagai simbol manifestasinya yang merupakan permohonan
umat Hindu dalam suatu upacara agama. Dalam Pustaka Bhuwana disebutkan
kosa 1.2.10 ‘Sunyasca Nirbhanadhika, Siwanga Twe Raniksyate, Kutah Tad Wakyama Tulam, Srutwa Dewo Watista, yang artinya ada alam sunia yang dianggap sakti, itulah yang disebut dengan Sang Hyang Siwa.
Dengan melihat sloka tersebut, dapat diartikan bahwa Sanggah Tawang yang
menggunakan tiga ruangan sebagai simbol Tri Purusa, yakni Siwa,
Sadhasiwa, dan Paramasiwa.
Diolah dari berbagai sumber.
Visit Our Sponsor
- Service Laptop / Smartphone Panggilan Denpasar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar