UTAMA : Utama Mandala Pura Taman Pule di Desa Mas, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, pekan lalu. (Putu Agus Adegrantika/Bali Express)
GIANYAR, BALI EXPRESS-Pura Taman Pule di Desa Mas, Ubud, Gianyar, sejarahnya diyakini berawal dari pasraman Dang Hyang Nirartha saat berada di Desa Mas. Pura Dang Kahyangan ini, untuk memuliakan orang suci yang sangat berjasa dalam mengemban serta menyebarkan ajaran dharma.
- JUAL ES KRIM PESTA MURAH DI BALI KLIK DISINI
Wakil Kelihan Pura Taman Pule, Ida Bagus Ari Prama, menjelaskan, sejarah adanya pura ini berkaitan erat dengan kedatangan seorang Maha Rsi Dang Hyang Nirartha ke Bali.
Dikatakannya, dari Pantai Purancak, Dang Hyang Nirartha melakukan perjalanan masuk ke pedalaman Bali hingga menuju ke timur. Mengunjungi sejumlah desa, seperti Gading Wani, Mundeh, Kapal, hingga Kuta.
Nah ketika datang ke Desa Gading Wani, Dang Hyang Nirartha disambut Ki Bandesa Gading Wani. Sebab, ketika itu Dang Hyang Nirartha dapat menyembuhkan penduduk yang dilanda wabah penyakit.
Kemudain Ki Bandesa Gading Wani didiksa menjadi seorang pendeta, serta dianugerahi ajaran kerohanianyang tertulis dalam Geguritan Sebub Bangkung.
Saat itu Dang Hyang Nirartha menyetujui, dan beliau disambut dan diasramakan di pertamanan Bendesa Mas. Di desa tersebut, Dang Hyang Nirarta kemudian menyebarkan ajaran Siwa Sidhanta. Bahkan, Ki Bandesa dan rakyatnya menjadi murid Dang Hyang Nirartha.
Sebagai tanda bakti dan terimakasih, Ki Bandesa menyerahkan putrinya bernama Ni Ayu Mas agar berkenan dijadikan istri Dang Hyang Nirartha, yang kemudian melahirkan putra bernama Ida Kidul.
“Setelah Ki Bandesa Mas tamat berguru, akhirnya didiksa menjadi seorang pendeta, diberikan anugerah perihal kependetaan, ajaran kehidupan, sampai dengan ajaran kelepasan. Akhirnya Dang Hyang Niarartha pindah dari taman Bandesa. Dibuatkanlah beliau tempat tinggal yang disebut Griya,” papar Ari Prama.
- CARA SIMPLE MENDAPATKAN PENHASILAN HARIAN DARI TRADING FOREX KLIK DISINI
Selama Dang Hyang Nirartha menetap, disebutkan jika Desa Mas sangat aman dan damai. Selain itu, seluruh penduduk tidak ada yang tertimpa bahaya dan penyakit, bahkan segala tanaman sangat subur.
Selanjutnya pada suatu hari, tujuan beliau mendirikan sebuah pura disetujui Ki Bandesa dengan seluruh rakyat. Maka pura itu diberikan nama Pura Pule.
Selain itu, dibuatkan juga sebuah taman di sebelah timur Pura Pule yang dipakai untuk bercengkrama.
Karena Pura Pule berdekatan dengan taman, maka pura tersebut diberi nama Pura Taman Pule yang diplaspas pada Saniscara Kliwon Kuningan, tahun Saka 1411 tahun 1489 masehi.
Setelah berdiri parahyangan di Taman Pule, pasraman beliau lalu diberi nama Griya Taman Pule. Begitu juga pada taman tersebut dibuat sebagai bersuci lengkap dengan telaga (kolam) yang airnya besumber dari sumur Ki Bandesa Mas.
Kolam itu sampai sekarang kerap digunakan obat atau penetral. Seperti seorang ibu yang tidak dapat mengeluarkan air susu, maka diarahkan supaya mohon air yang berada di sumur atau kolam tersebut untuk membasuh susunya. Kolam itu pun disebut dengan Taman Kalembu atau kerap disebut Pura Beji.
(bx/ade/rin/JPR)
Selama Dang Hyang Nirartha menetap, disebutkan jika Desa Mas sangat aman dan damai. Selain itu, seluruh penduduk tidak ada yang tertimpa bahaya dan penyakit, bahkan segala tanaman sangat subur.
Selanjutnya pada suatu hari, tujuan beliau mendirikan sebuah pura disetujui Ki Bandesa dengan seluruh rakyat. Maka pura itu diberikan nama Pura Pule.
Selain itu, dibuatkan juga sebuah taman di sebelah timur Pura Pule yang dipakai untuk bercengkrama.
Karena Pura Pule berdekatan dengan taman, maka pura tersebut diberi nama Pura Taman Pule yang diplaspas pada Saniscara Kliwon Kuningan, tahun Saka 1411 tahun 1489 masehi.
Kolam itu sampai sekarang kerap digunakan obat atau penetral. Seperti seorang ibu yang tidak dapat mengeluarkan air susu, maka diarahkan supaya mohon air yang berada di sumur atau kolam tersebut untuk membasuh susunya. Kolam itu pun disebut dengan Taman Kalembu atau kerap disebut Pura Beji.
(bx/ade/rin/JPR)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar